Friday, October 14, 2005

HATI SELUAS SAMUDRA

Saya ada sebuah kisah menarik yang saya kutip dari tulisan Ir.Andi Muzaki, SH, MT tentang bagaimana kita menjalani hidup yang pahit ini agar terasa menyenangkan. Semoga bermanfaat. Sampaikanlah pada teman-teman kita yang lain, yang saat ini sedang sedih. Bantulah sahabat-sahabat kita untuk menjalani hidup ini supaya merasa lebih ringan. We love you, Pal.

Suatu ketika, hiduplah seorang tua yang bijak. Pada suatu pagi, datanglah seorang anak muda yang sedang dirundung banyak masalah. Langkahnya gontai dan air muka yang ruwet. Tamu itu, memang tampak seperti orang yang tak bahagia.

Tanpa membuang waktu, orang itu menceritakan semua masalahnya. Pak Tua yang bijak, hanya mendengarkannya dengan seksama. Ia lalu mengambil segenggam garam, dan meminta tamunya untuk mengambil segelas air. Ditaburkannya garam itu ke dalam gelas, lalu diaduknya perlahan. "Coba minum ini, dan katakan bagaimana rasanya." ujar Pak Tua itu.

"Pahit. Pahit sekali dan asin." jawab sang tamu, sambil meludah kesamping

Pak Tua itu, sedikit tersenyum. Ia, lalu mengajak tamunya itu, untuk berjalan ke tepi telaga di dalam hutan dekat tempat tinggalnya. Kedua orang itu berjalan berdampingan, dan akhirnya sampailah mereka di tepi telaga yang tenang itu.

Pak Tua itu, lalu kembali menaburkan segenggam garam, ke dalam telaga itu. Dengan sepotong kayu, dibuatnya gelombang mengaduk-aduk dan tercipta riak air, mengusik ketenangan telaga itu. "Coba, ambil air dari telaga ini, dan minumlah."

Saat tamu itu selesai mereguk air itu, Pak Tua berkata lagi, "Bagaimana rasanya?"

"Segar." sahut tamunya.

"Apakah kamu merasakan garam di dalam air itu?" tanya Pak Tua lagi.

"Tidak." jawab si anak muda.

Dengan bijak, Pak Tua itu menepuk-nepuk punggung si anak muda. Ia lalu mengajaknya duduk berhadapan, bersimpuh di samping telaga itu. "Anak muda, dengarlah. Pahitnya kehidupan, adalah layaknya segenggam garam, tak lebih dan tak kurang. Jumlah dan rasa pahit itu adalah sama, dan memang akan tetap sama."

"Tapi, kepahitan yang kita rasakan, akan sangat tergantung dari wadah yang kita miliki. Kepahitan itu, akan didasarkan dari perasaan tempat kita meletakkan segalanya. Itu semua akan tergantung pada hati kita. Jadi, saat kamu merasakan kepahitan dan kegagalam dalam hidup, hanya ada satu hal yang bisa kamu lakukan. Lapangkanlah dadamu menerima semuanya. Luaskanlah hatimu untuk menampung setiap kepahitan itu."

Pak Tua itu lalu kembali memberikan nasehat. "Hatimu, adalah wadah itu. Perasaanmu adalah tempat itu. Kalbumu, adalah tempat kamu menampung segalanya. Jadi, jangan jadikan hatimu itu seperti GELAS. Buatlah laksana TELAGA yang mampu meredam setiap kepahitan itu dan merubahnya menjadi kesegaran dan keBAHAGIAan."

Keduanya lalu beranjak pulang. Mereka sama-sama belajar hari itu. Dan Pak Tua, si orang bijak itu, kembali menyimpan "segenggam garam" untuk anak muda yang lain, yang sering datang padanya membawa keresahan jiwa.

Sunday, April 24, 2005

TAK ADA YANG SALAH

Hari ini ku berhenti mengerjarmu
Karena jarak semakin jauh
Semakin tak mungkin menyentuhmu

Hari ini bukan seperti hari sekian tahun yang lalu
Saat kita mentasbihkan niat untuk bersama

Tak ada yang salah
Tak ada yang keliru
Karena memang jarak telah tercipta
Aku berada dibelakang
Dan mengejarmu

Tapi kamu tak pernah berhenti menunggu

Hari ini aku berhenti mengejarmu
Karena aku tak sanggup lagi

Ketapang, Ujung Timur Jawa, 24 April 2005, 03:35

Saturday, April 23, 2005

BEGINI SAJA

Begini saja...
Kita akhiri kisah kita
Karena ku tak ingin mengekangmu
Dan ku tak mau disakiti lagi...

Masih banyak masa untuk kita berdua
Untuk menyadari
Bahwa memang takdir tak menghendaki...

Kali ini tak mungkin diubah lagi...
Ketika barat harus ke barat
Dan timur mesti ke timur...

Lebih baik kita menempuh garisan waktu...
Yang membawa kita bersama sang Cinta
Untuk ketemu dengan yang pantas

Ku tahu saat ini pasti terjadi...
Ketika seharusnya sudah terjadi sejak dulu
Karena kesabaranku...
Untuk menundanya

Ku mau kau mengerti
Seperti aku mengerti tentang mu

Negara, Bali kem Bali, 23 April 2005 21:32

Saturday, January 08, 2005

THE GREATEST

The greatest sin is fear
The greatest recreation is work
The greatest calamity is hopelessness
The greatest bravery is patience
The greatest teacher is experience
The greatest secret is death
The greatest honour is faith
The greatest profit is good child
The greatest present is mutulgence
The greatest capital is selfreliance